معهد عمر بن الخطاب

لتعليم اللغة العربية و الدراسات الإسلامية

MA'HAD UMAR BIN AL KHATTAB

LEMBAGA PENDIDIKAN BAHASA ARAB DAN STUDI ISLAM

Logo Ma'had Umar bin Al Khattab (Pondok Pesantren Islam MUBK)
Menyiapkan Generasi Ulama Yang Fasih Berbahasa Arab Dan Menguasai Ilmu Keislaman Serta Memiliki Kemampuan Dalam Berdakwah

Pendaftaran Mahasiswa Baru Untuk Program Perkuliahan D2 Bahasa Arab Telah Dibuka, Klik Di Sini Untuk Agenda Penerimaan Mahasiswa Baru

Guna Meningkatkan Pelayanan Kami Di Masa Mendatang, Maka Kami Telah Membuat Website Resmi Dengan Nama MUBK.OR.ID, Silakan Klik Di Sini Untuk Berkunjung.

Namun Demikian, Formulir Pendaftaran Di Blog Ini Masih Akan Valid Hingga 7 Januari 2015. Syukron.

Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Juni 2012

DIROSAH ADABIYYAH, PUISI KONTEMPORER


 إلهي أنت تعلم كيف حالي فهل يا سيدي فرج قريب
للشيخ مشاري راشد العفاسي للمشاهدة اضغط هنا




أغيب وذو اللطائف لا يغيب وأرجوه رجاء لا يخيب
وأسأله السلامة من زمان بليت به نوائبه تشيب
وأنزل حاجتي في كل حال إلى من تطمئن به القلوب
فكم لله من تدبير أمر طوته عن المشاهدة الغيوب
وكم في الغيب من تيسير عسر ومن تفريج نائبة تنوب
ومن كرم ومن لطف خفي ومن فرج تزول به الكروب
ومن لي غير باب الله باب ولا مولا سواه ولا حبيب
كريم منعم بر لطيف جميل الستر للداعي مجيب
حليم لا يعاجل بالخطايا رحيم غيث رحمته يصوب
فيا ملك الملوك أقل عثاري فإني عنك أنأتني الذنوب
وأمرضني الهوى لهوان حظي ولكن ليس غيرك لي طبيب
فآمن روعتي واكبت حسودا فإن النائبات لها نيوب
وآنسني بأولادي وأهلي فقد يستوحش الرجل الغريب
ولي شجن بأطفال صغار أكاد إذا ذكرتهم أذوب
ولكني نبذت زمام أمري لمن تدبيره فينا عجيب
هو الرحمن حولي واعتصامي به وإليه مبتهلا أتيب
إلهي أنت تعلم كيف حالي فهل يا سيدي فرج قريب
فيا ديان يوم الدين فرج هموما في الفؤاد لها دبيب
وصل حبلي بحبل رضاك وانظر إلي وتب علي عسى أتوب
وراع حمايت وتول نصري وشد عراي إن عرت الخطوب
وألهمني لذكرك طول عمري فإن بذكرك الدنيا تطيب
وقل عبد الرحيم ومن يليه لهم في ريف رأفتنا نصيب
فظني فيك يا سندي جميل ومرعى ذود آمالي خصيب
وصل على النبي وآله ما ترنم في الآراك العندليب

Senin, 07 Desember 2009



Kitab An Nahwul Wadlih adalah salah satu kitab nahwu yang terbaik dan sistimatis dengan menggunakan metode istinbath (analisa) yang sangat baik, komunikatif dan interaktif serta memegang prinsip tadarruj (step by step) dalam mengajarkan nahwu yang menurut sebagian kaum muslimin cukup merepotkan. Tetapi dengan menggunakan kitab ini mempelajari Nahwu serasa mempelajari bahasa sendiri, cukup mudah dan simpel.

Untuk Marhalah Ibtida’iyah dalam Format Pdf klik di sini :

Jilid 1

Jilid 2

Jilid 3

Untuk Marhalah Tsnawiyah dalam format Doc klik di sini

Jilid 1

Jilid 2

Jilid 3

Jumat, 05 Juni 2009

Tangisan Bilal

Jika nama Abu Bakar disebut, Al-Faruq Umar bin al-Khaththab -Radhiallaahu ‘Anhu berkata, “Abu Bakar adalah tuan kami, dan dia membebaskan tuan kami.” Yakni Bilal. Orang yang disebut Umar sebagai “tuan kami” adalah benar-benar orang yang mulia dan mempunyai kedudukan yang agung.

Ia adalah mu’adzin Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam. Ia adalah hamba yang disiksa oleh tuannya dengan batu yang telah dipanaskan un-tuk memurtadkannya dari agamanya, tapi ia berkata, “Ahad, Ahad (Allah Yang Esa).”

Ia hidup sebagai hamba sahaya, hari-harinya berlalu tanpa beda dan buruk. Ia tidak punya hak pada hari ini, dan tidak punya harapan pada esok hari. Seringkali ia mendengar tuan-nya, Umayyah, berbicara bersama kawan-kawannya pada suatu waktu dan para anggota kabilah di waktu lain tentang Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, dengan pembicaraan yang meluapkan amarah dan ke-dengkian yang sangat.

Pada suatu hari Bilal bin Rabah mengetahui cahaya Allah, lalu ia pergi menemui Rasulullah a dan mengikrarkan keisla-mannya. Setelah itu ia menghadapi berbagai macam penyiksaan, tapi ia tetap tegar bagai gunung. Ia diletakkan dalam keadaan telanjang di atas bara api. Mereka membawanya keluar pada siang hari ke padang pasir, dan mencampakkannya di atas pasir-pasir yang panas dalam keadaan tak berbaju. Kemudian mereka membawa batu yang telah dipanaskan yang diangkut dari tem-patnya oleh sejumlah orang dan meletakkannya di atas tubuh dan dadanya. Siksa demi siksa berulang-ulang setiap hari, tapi ia tetap tegar. Hati sebagian penyiksanya menjadi lunak seraya berkata, “Sebutlah Lata dan Uzza dengan baik.” Mereka me-nyuruhnya supaya memohon kepadanya tapi Bilal menolak untuk mengucapkannya, dan sebagai gantinya ia mengucapkan senandung abadinya, “Ahad, Ahad“.

Abu Bakar ash-Shiddiq -Radhiallaahu ‘Anhu datang pada saat mereka menyiksanya, dan meneriaki mereka dengan ucapan, “Apakah kalian membunuh seseorang karena berucap, ‘Rabbku adalah Allah?’.” Abu Bakar meminta kepada mereka untuk menjualnya kepadanya. Umayyah memang berkeinginan untuk menjualnya. Akhirnya Abu Bakar rhu membelinya dengan harga yang berlipat ganda dari Umayyah. Setelah itu dia membebaskannya, dan Bilal mulai menjalani kehidupannya di tengah-tengah orang-orang mer-deka… para sahabat yang taat lagi berbakti. Ketika Abu Bakar memegang tangan Bilal untuk membawanya, maka Umayyah berkata kepadanya, “Ambillah! Demi Lata dan Uzza, seandainya kamu menolak kecuali membelinya dengan satu uqiyah, niscaya aku menjualnya kepadamu dengan harga itu.” Abu Bakar rhu menjawab, “Demi Allah, seandainya kamu menolak kecuali seharga seratus uqiyah, niscaya aku membayarnya.”

Setelah Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam hijrah ke Madinah, Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam me-nyariatkan adzan untuk shalat, dan pilihan jatuh pada Bilal sebagai mu’adzin pertama untuk shalat. Ini pilihan Rasulullah saw. Bilal pun melantunkan suaranya yang menyejukkan dan menggembirakan, yang memenuhi hati dengan iman, dan pendengaran dengan keindahan. Ia menyeru, “Allahu Akbar, Allahu Akbar” dan seterusnya. Ketika datang perang Badar, dan Allah menyampaikan urusannya, Umayyah keluar untuk berperang… Dan ia jatuh tersungkur dalam keadaan mati di tangan Bilal -Radhiallaahu ‘Anhu.

Pemimpin kekafiran mati tertusuk oleh pedang-pedang Islam sebagai balasan buat Bilal yang berteriak setelah terbunuh-nya, “Ahad, Ahad.” Hari-hari berlalu, Makkah ditaklukkan, dan Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam masuk Makkah dengan ditemani Bilal. Kebenaran telah datang, dan kebatilan telah sirna. Bilal mengikuti semua peperangan bersama Rasul -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam dan mengumandangkan adzan untuk shalat. Ia terus menjaga syiar agama yang agung ini. Sampai-sampai Rasul -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam menyifatinya sebagai “seorang pria ahli surga”. Dan Rasul -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam berpulang ke haribaan Allah dalam keadaan ridha lagi diridhai. Sepeninggal beliau, sahabatnya dan khalifahnya, Abu Bakar ash-Shiddiq -Radhiallaahu ‘Anhu bangkit memimpin urusan kaum muslimin. Bilal pergi menemui ash-Shiddiq seraya berkata kepadanya, “Wahai Khalifah Rasulullah, aku mendengar Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda,


‘Amalan mukmin yang paling utama ialah berjihad di jalan Allah’.”*

Abu Bakar bertanya kepadanya, “Apakah yang engkau kehendaki, wahai Bilal?” Ia menjawab, “Aku ingin murabathah (siap siaga berperang) di jalan Allah hingga aku mati.” Abu Bakar bertanya, “Lantas siapa yang mengumandangkan adzan untuk kami?!”

Bilal berkata, sementara kedua matanya mengalirkan air mata, “Sesungguhnya aku tidak mengumandangkan adzan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam .” Abu Bakar berkata, “Tetaplah mengumandangkan adzan untuk kami, wahai Bilal.” Bilal berkata, “Jika engkau memerdekakan aku agar aku menjadi milikmu, lakukan apa yang engkau suka. Jika engkau memerdekakan aku karena Allah, biarkanlah aku berikut pembebasan yang kau berikan kepadaku.” Abu Bakar berkata, “Aku memerdekakanmu karena Allah, ya Bilal.”

Bilal kemudian melakukan perjalanan ke Syam yang di sana ia terus menjadi mujahid dan selalu siap sedia untuk berjihad. Konon, ia berkali-kali datang ke Madinah dari waktu ke waktu … tapi ia tidak mampu mengumandangkan adzan. Hal itu karena setiap kali hendak mengucapkan, “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah), kenangan-kenangan masa lalu menahan dirinya, lalu suaranya tersembunyi di kerongkongannya, dan sebagai gantinya air matanyalah yang meneriakkan kata-kata itu.**

Akhir adzan yang dikumandangkannya ialah pada saat Khalifah al-Faruq Umar bin al-Khaththab -Radhiallaahu ‘Anhu mengunjungi Syam. Kaum muslimin meminta Khalifah membawa Bilal agar mengumandangkan adzan untuk shalat mereka. Amirul Mu’minin memanggil Bilal, sementara waktu shalat telah tiba. Umar berharap kepadanya agar mengumandangkan adzan untuk shalat. Bilal pun naik dan mengumandangkan adzan… maka menangislah para sahabat yang pernah bersama Rasulullah saw ketika Bilal mengumandangkan adzan untuk beliau. Mereka menangis seakan-akan mereka tidak pernah menangis sebelumnya, selamanya.

Bilal meninggal di Syam dalam keadaan bersiap siaga di jalan Allah, sebagaimana yang dikehendakinya. Semoga Allah meridhainya dan menjadikannya ridha kepadaNya.
hatibening

Ibadah Imam Ahmad

Abdullah bin Ahmad berkata, “Ayahku (Imam Ahmad) setiap harinya membaca sepertujuh al-Qur´an dan selalu khatam pada setiap pekan. Setiap kali mengkhatamkan al-Qur´an selalu jatuh pada malam ke tujuh.

Beliau pun senantiasa shalat Isya´ dilanjutkan dengan Qiyamullail, kemudian tidur sebentar dan Qiyamullail lagi hingga tiba waktu Shubuh. Lalu shalat Shubuh dan melanjutkan membaca doa-doa (dzikir pagi).

Pada setiap harinya beliau mengerjakan shalat sebanyak 300 rakaat. Namun semenjak beliau mendapat hukuman cambuk yang membuat fisik beliau lemah, beliau hanya mampu mengerjakan shalat sebanyak 150 rakaat.”
(Siyar A´lam an-Nubala` karya Imam adz-Dzahabi,11/ 212)
Wallahua'lam

Selasa, 03 Februari 2009

Bisikan Syetan


Membedakan bisikan Allah dan bisikan syetan.

Adanya aliran – aliran sesat di dunia ini tidak terlepas dari munculnya bisikan. Lia Aminudin mendapatkan bisikan dari jibril sehingga mendirikan agama baru yang bernama salamullah. Dia menyebut dirinya bunda maria dan anaknya sebagai yesus kristus. Dia teramat yakin dengan kondisi ruhaninya sehingga berani mengajak manusia untuk beriman kepada dirinya dan menjadi pengikutnya. Ahmad moshaddeq mengklaim dirinya adalah seorang nabi setelah mendapatkan wahyu yang berasal dari tuhannya. Banyak sekali kasus penyesatan agama yang di mulai dari sebuah bisikan. Bisikan yang di klaim sebagai bisikan tuhan atau malaikat.


Untuk mengantisipasi hadirnya bisikan sesat yang merebak saat ini, perlu adanya penilaian apakah bisikan tersebut sesat atau tidak. Syeikh Abdul Qadir Jaelani pernah di temui oleh sebuah cahaya putih yang terang benderang, cahaya terebut berbicara dengan suara yang sangat indah. Suara itu mengatakan bahwa Syeikh Abdul Qadir telah mendapatkan tempat paling mulia di sisi Tuhan. Dia adalah salah satu kekasih yang di cintainya dan Tuhan telah menyiapkan tempat yang paling indah di surga. Suara terebut juga mengatakan bahwa sudah saatnya syeikh beristirahat dari sholat karena sudah tidak ada lagi kewajiban sholat atas dirinya,…. Sebelum suara tersebut berkata lagi, syeikh mengambil sandal dan melemparkannya kearah cahaya itu dengan marah. Syeikh yakin bahwa cahaya itu adalah jelmaan syetan yang akan menghancurkannya dengan tawaran yang kelihatan baik baginya.


Salah satu ukuran bisikan itu datanya dari syetan atau tidak adalah apakah bisikan itu menganjurkan berbuat bid’ah atau bahkan meninggalkan syariat misalnya sholat atau puasa. Jika demikian diyakinkan bahwa itu adalah bisikan syetan.



Terkadang manusia sering terkecoh dengan peristiwa yang menakjubkan seperti adanya cahaya kuning yang berputar di kepalanya, atau cahaya putih yang menyelimuti dirinya, atau suara yang bisa menggetarkan hatinya. Ketahuilah bahwa syetan selalu mengajak manusia dengan hal – hal yang menyenangkan tapi pada akhirnya kesesatanlah yang akan di berikan.


Bisikan yang sering menjadi masalah adalah seseorang di berikan sebuah amalan wirid / dzikir yang seolah – olah baik, tapi pada kenyataannya tidak sesuai dengan syariat yang di bawa oleh Rasulullah, hal ini sering menimpa thariqat yang memiliki wirid yang aneh dan di katakan memiliki khasiat yang besar bagi pengamalnya.


Hati – hatilah bahwa setiap bisikan syetan pasti akan membawa kehancuran bagi umat manusia walaupun di selubungi oleh peristiwa yang menakjubkan mata.

Senin, 22 Desember 2008

Kebahagiaan Hanya Ada Di Akhirat

Kepada orang beriman Allah ta’aala menghendaki agar mereka memandang akhirat dengan penuh kesungguhan karena di sanalah kehidupan sejati akan dijalani manusia. Sedangkan terhadap dunia Allah ta’aala menghendaki agar orang beriman berlaku sewajarnya dan tidak melampaui batas kebutuhan yang telah di gariskan Allah pun juga tidak telalu ngoyo dalam meraih cita – cita materi. Sebab kehidupan dunia ini Allah ta’aala gambarkan sebagai tempat dimana orang sekedar bermain-main dan bersenda-gurau.

Orang tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati di dunia ini begitu juga dengan penderitaan yang hanya sekedar lewat dan setelah itu tidak ada bekasnya. Sementara di akhirat manusia akan merasakan kesenangan yang sesungguhnya di surga dan abadi pula. Dan sebaliknya, di dalam neraka manusia akan merasakan penderitaan sejati dan kekal pula. Maka, saudaraku, alangkah naif, hina dan ruginya orang yang rela mempertaruhkan kehidupan abadinya di akhirat kelak dengan alasan ingin merebut keberhasilan dunia. Sungguh orang-orang yang hidup dengan logika sekular seperti itu tentu akan menyesal sangat ketika baru menyadarinya setelah ia berada di alam akhirat. Mereka akan mengakui kekeliruan dan dosa mereka pada saat yang sudah terlambat dan keadaan sudah tidak dapat diperbaiki lagi.

Kelak di dalam akhirat banyak manusia yang menyesal, ”Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Al-Mulk ayat 10-11)

Kaum pencinta dunia tidak terlalu peduli dengan kehidupan akhirat, mereka lebih memusatkan pikiran dan energinya untuk meraih kesenangan dunia yang langsung bisa di nikmati saat itu juga. Mereka tidak sabar dengan kenikmatan surga yang harus mereka tempuh dengan ketaatan di dunia ini. Pantaslah bilamana Allah ta’aala memerintahkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam agar menjauh dari kaum pencinta dunia. Sebab mereka tidak pernah peduli dengan peringatan yang datang dari Allah ta’aala dan RasulNya.

Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan hanya menginginkan kehidupan duniawi. Itulah batas pengetahuan mereka.” (QS An-Najm ayat 29-30)

Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memperingatkan dalam sebuah haditsnya bahwa dampak negatif menjadi pemburu dunia sangat jelas’
Barangsiapa yang dunia adalah ambisinya, niscaya Allah ta’aala cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran di hadapan kedua matanya dan Allah tidak memberinya dari harta dunia ini, kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya.” (HR Ibnu Majah 4095)

Dan sebaliknya, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan manfaat yang diperoleh orang bertaqwa yang menjadikan akhirat sebagai perhatian utamanya.
Dan barangsiapa yang akhirat menjadi keinginannya, niscaya Allah ta’aala kumpulkan baginya urusan(dunia)-nya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya.” (HR Ibnu Majah 4095)

Kamis, 04 Desember 2008

2,5 persen

Salah satu sahabat Rasulullah,Thalhah, merasa gelisah di saat sebuah ayat yang baru saja turun yang ia di rasa berkenaan dengan dirinya. Ayat itu berbunyi, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui.” (QS. 3: 92)

Thalhah memiliki sebuah kebun kurma yang sangat subur yang begitu menambat hatinya. Hampir tiap hari ia berkunjung ke situ. Shalat Zuhur dan Ashar di situ, tilawah dan zikir pun di kebun indah itu. Ia nikmati kicauan burung, dan pemandangan sejuk hijaunya dedaunan kurma.

Namun kegelisahan itu tidak berlangsung lama, karena sesaat setelah ia merenung memikirkan ayat tersebut, ia langsung menginfaqkan kebun kurmanya. Subhanallah ……
Itulah setitik rahasia para sahabat Rasulullah SAW di mana tidak ada generasi sebaik generasi sahabat. Kecintaan mereka terhadap Rasulullah, keridhaan mereka akan pengorbanan harta bahkan nyawa di jalan Allah, tidak ada yang bisa menandingi. Sebesar apapun infaq yang kita berikan di jalan Allah, tidak ada secuil nilainya dengan apa yang telah para sahabat infaqkan.

Masihkan kita harus berpikir dan mengindahkan ayat – ayat Allah. Masihkan kita harus menghitung ulang infaq kita jangan sampai melebihi 2,5 persen. Ya…2,5 persen dari harta kita. Bandingkan dengan para sahabat yang telah merelakan 50 persen bahkan 100 persen harta mereka di jalan Allah. Masihkan kita bangga dengan 2,5 persen.

Senin, 01 Desember 2008

Mengajak Orang Ke Jalan Allah

”Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu.” (QS AtTaubah ayat 128)

Rasulullah SAW bila bertemu dengan seseorang tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengajak orang tersebut mengikuti jalan Allah SWT. Beliau sangat ingin agar setiap manusia merasakan manis dan lezatnya iman dan Islam. Hanya dengan menempuh jalan Allah ta’aala sajalah seseorang bakal selamat hidupnya di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam membangkitkan semangat agar ummatnya seperti beliau dalam mengajak manusia ke jalan Allah ta’aala.

“Demi Allah, jika Allah memberikan petunjuk-hidayah kepada seseorang karena ajakanmu, maka itu lebih menguntungkan bagimu daripada mendapat onta merah.” (Bukhary-Muslim)
Onta merah merupakan kendaraan yang dinilai paling mewah di zaman tersebut. Mungkin kalau di zaman kita sekarang seperti mobil Jaguar, Rolls Royce atau bahkan Maybach yang konon harganya mencapai dua puluh miliar rupiah per unit..!

”Masuk Islam-lah, niscaya engkau bakal selamat di dunia dan di akhirat.” (HR Ibnu Majah 1/95)
Kalimat itulah yang senantiasa di sampaikan Nabi SAW tatkala bertemu dengan orang yang belum memeluk islam. Dengan keikhlasan dan kejujuran yang beliau miliki, banyak orang – orang yang tadinya memusuhi islam berbalik menjadi pembela islam yang rela mengorbankan miliknya untuk islam

Seyogyanya seorang muslim berusaha mengikuti semangat dan langkah da’wah yang dicontohkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Hendaknya kita berusaha menyingkirkan segenap keraguan dan keengganan kita mengajak siapapun ke jalan keselamatan Islam. Dengan selalu mengingat betapa besarnya karunia iman dan Islam bagi kehidupan seseorang. Soal ia akhirnya beriman atau tidak itu bukan urusan kita. Yang penting kewajiban kita telah gugur dengan kita sudah berda’wah mengajak mereka ke jalan Allah ta’aala. Sebab pada akhirnya hak memberikan hidayah atau membiarkan seseorang tetap sesat adalah hak dan kuasa Alllah ta’aala.

Apakah kita tidak merasa risih dan ironi melihat banyak pihak yang semangat mengajak orang menuju kesesatan seperti misalnya ; kelompok liberal dan misionaris. Sedangkan kita yang sejatinya berada dalam kebenaran dan rahmat Allah ta’aala justru tidak berfikir dan berusaha menyebarkan ajaran Allah ta’aala yang sebenarnya bakal menyelamatkan siapapun yang mau menerima undanganNya...!

Jumat, 28 November 2008

Cinta Sepotong Ayam

Orang yang hatinya benar – benar mencintai Allah pasti akan meninggalkan segala kenikmatan dunia, bukan berarti mereka tidak makan, tidak tidur, tidak bekerja atau tidak melakukan aktifitas sosial. Kezuhudan tidak di lihat dari kemiskinan atau ketidak adaan harta pada diri mereka. Sebagian dari mereka ada yang kaya, dan mungkin sangat kaya. Kezuhudan seseorang tercermin dalam sikapnya terhadap harta bendanya dan dunia ini. Ketika dia dikelilingi limpahan harta yang tidak terhitung banyaknya, tapi perutnya tetap lapar karena puasa, kantong matanya menebal dan hitam karena ketika malam di habiskan untuk bersujud, kakinya bengkak karena mendirikan tahajud, mulutnya senantiasa basah oleh lantunan istighfar. Tidak ada pakaian mewah yang di kenakan, tidak ada orang di sekelilingnya yang lapar karena tangannya selalu bersedekah dan tidak tersirat ketakutan apapun di wajahnya akan kehilangan harta karena hatinya telah menjadi miliki Allah dan Allah lah yang telah menjadi tujuan hidupnya.

Rabi’ bin Khutsaim bin ‘Aidz, salah satu murid Abdullah bin Mas’ud merupakan sosok yang teguh dalam menjaga hati agar tidak ada setitik keinginan duniawi yang menggeser kecintaannya pada Allah SWT. Suatu ketika ia ingin makan daging ayam. Namun, ia menahan keinginannya itu selama empat puluh hari. Setelah empat puluh hari ia berkata kepada istrinya : “Aku ingin makan daging ayam sejak empat puluh hari yang lalu, agar keinginanku dapat diredam”, ucapnya. “Subhanallah.Mengapa itu tidak engkau lakukan?”, sahut istrinya. Maka, istrinya menyuruh seseorang pergi ke pasar membeli ayam. Lalu, disembelihnya ayam itu. Usai menyembelih ayamnya, lalu memasak ayam itu, dan dicampur dengan roti, kemudian istrinya menghidangkan masakan itu kepada suaminya.
Betapa. Saat Rabi’ akan makan hidangan ayam beserta roti, di depan pintu datanglah seorang pengemis dan meminta- “Berikanlah ini kepadanya. Semoga Allah Azza Wa Jalla memberkahi”, kata Rabi’ kepada istrinya. “Subhanallah”, sahut istrinya. “Sudahlah. Berikan kepada dia”, kata Rabi’. Isterinya lalu berkata : “Kalau begitu aku akan melakukan hal-hal yang lebih baik”, tukas istrinya. “Apa?”, tanya Rabi’ kepada istrinya. “Aku akan memberikan uang seharga makanan ini”, jawab isterinya. Setelah isterinya menyerahkan uang itu kepada pengemis itu, lalu Rabi’ berkata :”Berikanlah uang berikut makanan itu seluruhnya”.
Subhanallah. Masihkah ada ustadz - ustadz kita yang mempunyai tabiat seperti Rabi’ yang tidak ada rasa senang di hatinya terhadap dunia ini walaupun hanya sepotong ayam.

Senin, 24 November 2008

Kebiasaan Berbuat Dosa

Sebagian manusia telah terbiasa berbuat dosa, mereka tidak menyadari dampak dari kebiasaan itu. Ada beberapa akibat dari kebiasaan berbuat dosa walaupun dosa itu seringan kapas.

Pertama. Tidak takut lagi kepada Allah swt.

Akibatnya mereka berani melakukan segala cara, tidak peduli halal atau haram yang penting tujuan tercapai. Bila rasa takut kepada Allah swt tidak ada, maka otomatis rasa takut kepada manusia lebih tidak ada. Dari susana seperti inilah pemimpin seperti Fir’un muncul. Dan puncak keberanian Fir’aun kepada Allah swt kian terlihat ketika ia berkata di depan khalayak pendukungnya: ana rabbukumul a’laa (aku tuhanmu yang paling tinggi). Di sini Fir’aun menemukan dirinya sebagai yang paling berkuasa. Perhatikan betapa kebiasaan berbuat dosa telah menyeret seorang pemimpin kehilangan kontrol sehingga ia merasa bebas, bahkan ia merasa bebas dari Allah swt.

Kedua, Allah mencabut keberkahan sebuah negeri.

Allah swt. berfirman: ”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (Al A’raf : 96-99).

Ketiga, Lalai akan kewajiban yang harus dipikul.

Dari kelalaian ini banyak dosa-dosa dengan segala dimensinya terjadi. Akibatnya hati mereka menjadi keras. Ketika hati keras, mereka tidak tersentuh lagi dengan teguran Allah swt. Bahkan mereka semakin yakin bahwa dengan dosa-dosa itu mereka kuat dan banyak pendukung. Dari sini kebiasaan mempermainkan Allah swt, merendahkan-Nya, dan mengabaikan tuntunan-Nya, bemunculan bagai jamur. Allah swt yang memiliki langit dan bumi tidak mungkin membiarkan ini tanpa ada konsekwensinya.

Allah swt berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” QS. Al An’am : 42-44.

Keempat, Mereka bersepakat untuk tolong menolong dalam dosa dan kedzaliman.

Pada saat itu firman Allah swt: “Wata’aawanuu ‘alal birri wat taqwaa walaa ta’aawanuu ‘alal itsmi wal ‘udwaan. Dan tolong menolonglah dalam melaksanakan kebaikan dan taqwa. dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan” tidak menjadi indah lagi.
Simaklah Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi`ar-syi`ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” QS. Al Maidah: 2.

Di sini nampak bahwa memerintahkan takwa setelah memerintahkan agar manusia saling tolong menolong dalam kebaikan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa. Ini menunjukkan bahwa tidak mungkin suatu kaum akan mencapai ketakwaan, semasih tetap berkompromi dalam kedzaliman. Cara-cara kompromi dalam rangka dosa inilah yang membantu munculnya para pemimpin yang korup. Karena itu tidak mungkin sebuah negeri dipimpin oleh seorang yang bersih dan jujur bila rakyatnya tetap kotor, terbiasa dengan dosa-dosa dan tidak pernah mau bersungguh-sungguh memahami ajaran Allah swt secara benar serta mengamalkannya secara ikhlas. Wallahu a’lam bishshawab.