معهد عمر بن الخطاب

لتعليم اللغة العربية و الدراسات الإسلامية

MA'HAD UMAR BIN AL KHATTAB

LEMBAGA PENDIDIKAN BAHASA ARAB DAN STUDI ISLAM

Logo Ma'had Umar bin Al Khattab (Pondok Pesantren Islam MUBK)
Menyiapkan Generasi Ulama Yang Fasih Berbahasa Arab Dan Menguasai Ilmu Keislaman Serta Memiliki Kemampuan Dalam Berdakwah

Pendaftaran Mahasiswa Baru Untuk Program Perkuliahan D2 Bahasa Arab Telah Dibuka, Klik Di Sini Untuk Agenda Penerimaan Mahasiswa Baru

Guna Meningkatkan Pelayanan Kami Di Masa Mendatang, Maka Kami Telah Membuat Website Resmi Dengan Nama MUBK.OR.ID, Silakan Klik Di Sini Untuk Berkunjung.

Namun Demikian, Formulir Pendaftaran Di Blog Ini Masih Akan Valid Hingga 7 Januari 2015. Syukron.

Jumat, 28 November 2008

Cinta Sepotong Ayam

Orang yang hatinya benar – benar mencintai Allah pasti akan meninggalkan segala kenikmatan dunia, bukan berarti mereka tidak makan, tidak tidur, tidak bekerja atau tidak melakukan aktifitas sosial. Kezuhudan tidak di lihat dari kemiskinan atau ketidak adaan harta pada diri mereka. Sebagian dari mereka ada yang kaya, dan mungkin sangat kaya. Kezuhudan seseorang tercermin dalam sikapnya terhadap harta bendanya dan dunia ini. Ketika dia dikelilingi limpahan harta yang tidak terhitung banyaknya, tapi perutnya tetap lapar karena puasa, kantong matanya menebal dan hitam karena ketika malam di habiskan untuk bersujud, kakinya bengkak karena mendirikan tahajud, mulutnya senantiasa basah oleh lantunan istighfar. Tidak ada pakaian mewah yang di kenakan, tidak ada orang di sekelilingnya yang lapar karena tangannya selalu bersedekah dan tidak tersirat ketakutan apapun di wajahnya akan kehilangan harta karena hatinya telah menjadi miliki Allah dan Allah lah yang telah menjadi tujuan hidupnya.

Rabi’ bin Khutsaim bin ‘Aidz, salah satu murid Abdullah bin Mas’ud merupakan sosok yang teguh dalam menjaga hati agar tidak ada setitik keinginan duniawi yang menggeser kecintaannya pada Allah SWT. Suatu ketika ia ingin makan daging ayam. Namun, ia menahan keinginannya itu selama empat puluh hari. Setelah empat puluh hari ia berkata kepada istrinya : “Aku ingin makan daging ayam sejak empat puluh hari yang lalu, agar keinginanku dapat diredam”, ucapnya. “Subhanallah.Mengapa itu tidak engkau lakukan?”, sahut istrinya. Maka, istrinya menyuruh seseorang pergi ke pasar membeli ayam. Lalu, disembelihnya ayam itu. Usai menyembelih ayamnya, lalu memasak ayam itu, dan dicampur dengan roti, kemudian istrinya menghidangkan masakan itu kepada suaminya.
Betapa. Saat Rabi’ akan makan hidangan ayam beserta roti, di depan pintu datanglah seorang pengemis dan meminta- “Berikanlah ini kepadanya. Semoga Allah Azza Wa Jalla memberkahi”, kata Rabi’ kepada istrinya. “Subhanallah”, sahut istrinya. “Sudahlah. Berikan kepada dia”, kata Rabi’. Isterinya lalu berkata : “Kalau begitu aku akan melakukan hal-hal yang lebih baik”, tukas istrinya. “Apa?”, tanya Rabi’ kepada istrinya. “Aku akan memberikan uang seharga makanan ini”, jawab isterinya. Setelah isterinya menyerahkan uang itu kepada pengemis itu, lalu Rabi’ berkata :”Berikanlah uang berikut makanan itu seluruhnya”.
Subhanallah. Masihkah ada ustadz - ustadz kita yang mempunyai tabiat seperti Rabi’ yang tidak ada rasa senang di hatinya terhadap dunia ini walaupun hanya sepotong ayam.

Tidak ada komentar: