معهد عمر بن الخطاب

لتعليم اللغة العربية و الدراسات الإسلامية

MA'HAD UMAR BIN AL KHATTAB

LEMBAGA PENDIDIKAN BAHASA ARAB DAN STUDI ISLAM

Logo Ma'had Umar bin Al Khattab (Pondok Pesantren Islam MUBK)
Menyiapkan Generasi Ulama Yang Fasih Berbahasa Arab Dan Menguasai Ilmu Keislaman Serta Memiliki Kemampuan Dalam Berdakwah

Pendaftaran Mahasiswa Baru Untuk Program Perkuliahan D2 Bahasa Arab Telah Dibuka, Klik Di Sini Untuk Agenda Penerimaan Mahasiswa Baru

Guna Meningkatkan Pelayanan Kami Di Masa Mendatang, Maka Kami Telah Membuat Website Resmi Dengan Nama MUBK.OR.ID, Silakan Klik Di Sini Untuk Berkunjung.

Namun Demikian, Formulir Pendaftaran Di Blog Ini Masih Akan Valid Hingga 7 Januari 2015. Syukron.

Senin, 24 November 2008

Ridha Atas Nikmat Allah


Dalam surah Al-Fajr ayat 15 dan 16, Allah swt berfirman, “Ada pun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakanNya dan diberiNya kesenangan, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanKu. Ada pun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, ‘Tuhanku menghinakanku.”

Sebagian manusia melihat kemuliaan dan kehinaan sejajar dengan kenikmatan yang telah di anugerahkan Allah kepadanya. Semakin kaya seseorang, semakin besar kemuliaan yang ia terima. Dan semakin miskin seseorang, seperti itulah kehinaan yang Allah berikan.
Sebagian manusia mungkin merasa sulit untuk menterjemahkan bahwa hidup adalah ujian. Dan ujian tidak melulu melekat pada satu warna. Dalam duka memang ada ujian tapi dalam suka juga ada ujian.

Allah swt berfirman dalam surah Al-Anbiyaa ayat 35. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”

Kisah Thalut ketika melakukan perjalanan untuk berperang sebagai bukti bagaimana karakter dasar manusia. Ketika sang komandan ini ingin mendapatkan bukti kualitas pasukannya. Ia tidak ingin para pejuangnya berorientasi hanya pada kesenangan hidup. Dan tidak lagi punya semangat ketika hidup tak lagi mampu memberikan kesenangan. Karena itu, mereka harus diuji.
Ujian pun dimulai.: ketika pasukannya melalui sungai, sang komandan melarang pasukannya meminum airnya kecuali dengan cidukan tangan. perintah yang sangat jelas. Tapi,dari sekian banyak pasukan, kenyataannya, hanyasedikit sekali dari pasukan itu yang menikmati air sungai dengan cidukan tangan. Selebihnya, larut dalam kenikmatan.

Ketika nikmat Allah dimaknai hanya berupa kesenangan yang di berikan Allah kepadanya, di situlah orang terjebak dalam kedangkalan nalarnya sendiri. Mereka akan bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, kepada Yang Maha Pencipta, atas segala nikmatNya. Namun, ketika anugerah menempati sisi lain yang tak sesuai harapan, syukur dan terima kasihnya lenyap. Sykurnya melayang seiring dengan lenyapnya harapannya.
Padahal, cocok atau tidaknya sebuah harapan dengan kenyataan yang Allah berikan, kalkulasinya begitu luas. Mungkin, kita pernah kecewa ketika angkot yang kita kejar-kejar sehingga harus ditebus dengan lewatnya sarapan pagi, ternyata harus berlalu mendahului kita. Kita kecewa. Padahal, itulah nikmat Allah. Karena, angkot itu ternyata mengalami kecelakaan. Allah menyelamatkan kita dengan sesuatu yang sebelumnya kita anggap mengecewakan.

Kekecewaan-kekecewaan itu mungkin bisa dianggap wajar. Karena ada sesuatu yang belum kita peroleh. Ada suatu keinginan yang tidak kita nikmati walaupun hal itu belum tentu baik untuk kita.
Jadi, ridha atas segala sesuatu yang Allah berikan adalah pijakan awal dari lahirnya rasa syukur seorang hamba. Terhadap anugerah apa pun: besar atau kecil. Ridha dengan anugerah yang besar adalah kesiapan diri agar senantiasa menjaga amanah, agar nikmat tidak terselewengkan dalam maksiat. Dan ridha dengan yang kecil adalah kebersihan hati dari buruk sangka atas pemberian Allah.

Ketika manusia selalu mengedepankan keridhaannya atas segala yang di berikan Allah, saat itulah berbagai prasangka buruk kepada Allah tertutup, munculla rasa syukur dari hati yang paling dalam. Bersih tanpa pamrih. Lahir dari kesadaran bahwa tak seorang pun yang pernah dan akan memiliki sesuatu. Tak semua kesenangan melahirkan bahagia. Dan tak semua kesusahan membawa celaka. Semuanya pinjaman dari Allah. Dan akan kembali kepada-Nya pula.

Tidak ada komentar: